Pemetikan kopi adalah salah satu tahap paling krusial dalam proses produksi specialty coffee. Kualitas rasa akhir sangat ditentukan oleh tingkat kematangan buah kopi saat dipetik. Kesalahan pada tahap ini dapat menurunkan cupping score dan mengurangi potensi harga premium.
ALKO Sumatra Kopi menekankan pentingnya pemetikan selektif, pengelolaan pascapanen yang tepat waktu, dan pelibatan petani dalam edukasi serta monitoring panen. Artikel ini akan menguraikan prinsip dan praktik pemetikan kopi yang sesuai dengan standar specialty internasional.
Petik Merah: Hanya buah kopi yang berwarna merah cerah yang dipetik.
Panen Selektif: Pemetikan dilakukan secara bertahap, menyesuaikan tingkat kematangan.
Hindari Buah Hijau dan Hitam: Buah belum matang dan buah busuk harus dihindari karena menurunkan kualitas rasa.
Hindari Panen Mekanis: Di wilayah dataran tinggi seperti Kerinci, pemanenan manual lebih efektif dalam menjaga seleksi kualitas.
Merah Cerah: Ideal untuk dipetik – kandungan gula tinggi.
Merah Gelap/Maroon: Masih bisa dipetik, tetapi sebaiknya diproses terpisah.
Hijau/Kuning: Tidak dipetik.
Hitam/Kering: Dibuang atau digunakan untuk produk non-premium.
ALKO menggunakan panduan visual dan pelatihan lapangan untuk memastikan petani memahami standar warna ini.
Membersihkan semak dan gulma di sekitar tanaman.
Menyediakan keranjang panen dan karung kain (bukan plastik) untuk menjaga sirkulasi udara.
Menentukan jadwal panen berdasarkan kalender berbunga dan cuaca.
Dilakukan setiap 7–10 hari sekali selama puncak musim panen.
Petani diberi insentif berdasarkan volume petik merah.
Setiap kelompok tani ALKO memiliki koordinator panen yang bertugas mengawasi kualitas buah.
Buah yang dikumpulkan disortir ulang di kebun.
Hanya buah merah cerah yang diteruskan ke proses basah atau kering.
Buah cacat langsung dipisahkan.
Studi ALKO dan mitra seperti SCA menunjukkan bahwa panen dengan 90% petik merah menghasilkan:
Cupping score meningkat 1–1,5 poin.
Tingkat keasaman (acidity) lebih bersih.
Aftertaste lebih panjang dan kompleks.
Sebaliknya, campuran buah hijau menimbulkan rasa "grassy", dan buah overripe menimbulkan rasa "fermented" yang tidak diinginkan.
Pelatihan Petik Merah: Diselenggarakan setiap awal musim panen oleh ALKO Academy.
Sistem Insentif: Petani diberi harga lebih tinggi untuk cherry merah yang lolos sortasi ALKO.
Pengawasan Panen Terbimbing: Koordinator lapang ALKO mengawasi panen setiap kelompok.
Pemetaan Waktu Panen: Menggunakan GPS dan data berbunga untuk menentukan jadwal panen per wilayah.
Tenaga Kerja Terbatas: Panen selektif butuh waktu lebih lama. Solusi: sistem gotong-royong antar petani.
Cuaca Tidak Menentu: Hujan bisa mempercepat pembusukan buah matang. Solusi: peramalan panen dan sistem jemur cepat.
Biaya Panen Tinggi: Ditekan dengan efisiensi waktu dan penggunaan alat panen ergonomis.
Kualitas Meningkat: Kopi Kerinci mampu tembus skor 85+.
Harga Premium: Petani ALKO menerima harga 20–40% lebih tinggi untuk specialty grade.
Efisiensi Rantai Pasok: Buah yang masuk ke unit pengolahan sudah tersortir, mempercepat proses.
Panen kopi bukan sekadar memetik buah, tetapi adalah proses ilmiah dan teknis yang menentukan kualitas akhir produk. Dengan penerapan pemetikan selektif, pelatihan lapangan, serta sistem insentif, ALKO Sumatra Kopi menunjukkan bahwa panen yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga standar specialty coffee dunia.
Untuk informasi pelatihan panen atau menjadi bagian dari program specialty ALKO, hubungi: info@alko.id alko.id