Kegiatan bersama Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Kemenkeu RI menjadi langkah strategis dalam mendorong ekosistem petani kopi yang lebih berkelanjutan dan terintegrasi. Diskusi ini menitikberatkan pada pengembangan ekosistem petani kopi melalui teknologi traceability dan pendalaman kerja sama dengan skema closed-loop ecosystem.
Kegiatan diawali dengan sesi sharing pengalaman ALKO dalam membangun ekosistem petani kopi yang berkelanjutan. Tim ALKO memaparkan tantangan yang dihadapi petani kopi, terutama dalam menjaga produktivitas sambil tetap memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. ALKO menekankan pentingnya pendekatan yang mengintegrasikan praktik pertanian regeneratif, penggunaan teknologi, serta keterhubungan petani dengan pasar global yang semakin menuntut produk yang berkelanjutan.
Selanjutnya, tim ALKO menjelaskan bahwa keberlanjutan harus mencakup tiga aspek utama: ekonomi, lingkungan, dan sosial. Ekosistem petani kopi yang kuat tidak hanya memastikan produktivitas jangka panjang, tetapi juga memberikan kesejahteraan kepada petani serta menjaga ekosistem lingkungan. Tim ALKO berbagi pengalaman mereka dalam mendampingi petani kopi di Kerinci dan Gayo yang menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan.
Pada agenda kedua, tim ALKO memaparkan sistem traceability yang telah mereka kembangkan. Traceability atau keterlacakan produk menjadi kunci penting dalam rantai pasok kopi, khususnya untuk memenuhi regulasi pasar internasional seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR). Dengan menggunakan platform Dimitra, ALKO mampu mencatat aktivitas petani dari kebun hingga pasca-panen. Sistem ini memungkinkan proses audit yang lebih transparan dan memastikan bahwa kopi yang dipasarkan bebas dari praktik deforestasi.
Dalam paparan tersebut, tim ALKO juga menyoroti bagaimana sistem traceability dapat memberikan nilai tambah bagi petani. Dengan data yang terintegrasi, petani memiliki akses lebih baik ke pasar premium dan dapat membangun kepercayaan dengan pembeli. Selain itu, sistem ini juga membantu petani dalam mengelola kebun mereka dengan lebih efisien dan mengurangi risiko kehilangan hasil panen.
Agenda ketiga adalah pendalaman skema kerja sama antara PIP dan ALKO untuk mengembangkan konsep closed-loop ecosystem di rantai pasok kopi. Skema ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem yang saling terhubung dan memaksimalkan penggunaan sumber daya, sehingga dapat mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi. Dalam skema ini, limbah pertanian diolah menjadi pupuk organik yang dapat digunakan kembali di kebun petani.
Konsep closed-loop ecosystem ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan. PIP Kemenkeu melihat potensi besar dalam skema ini sebagai solusi untuk menciptakan ekosistem petani kopi yang lebih mandiri dan berdaya saing di pasar global. Selain itu, skema ini juga sejalan dengan tujuan PIP untuk mendukung pembangunan berkelanjutan melalui investasi yang berdampak sosial dan lingkungan.
Tim ALKO dan PIP membahas potensi implementasi skema ini di beberapa daerah pilot, seperti Kerinci dan Gayo, yang sudah memiliki ekosistem petani kopi yang cukup matang. Daerah-daerah tersebut akan menjadi model percontohan dalam menerapkan konsep closed-loop ecosystem secara praktis di lapangan.
Diskusi juga mencakup aspek pembiayaan dalam implementasi skema ini. PIP Kemenkeu berperan dalam menyediakan akses pembiayaan bagi petani dan koperasi yang ingin mengadopsi teknologi traceability serta mengembangkan ekosistem berkelanjutan. Tim ALKO menyampaikan bahwa pembiayaan yang terjangkau dan fleksibel sangat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi di lapangan.
Melalui kerja sama ini, PIP Kemenkeu dan ALKO berharap dapat menciptakan ekosistem petani kopi yang tidak hanya produktif, tetapi juga berkelanjutan dan inklusif. Dengan dukungan teknologi traceability, sistem closed-loop, dan pembiayaan yang tepat, ekosistem ini dapat memberikan dampak positif bagi petani, komunitas lokal, dan lingkungan.
PIP Kemenkeu melihat kerja sama dengan ALKO sebagai langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan sektor pertanian yang berkelanjutan di Indonesia. Melalui konsep closed-loop ecosystem, diharapkan petani dapat meningkatkan kesejahteraan mereka sekaligus menjaga kelestarian lingkungan di sekitar mereka.